Zidan (Foto/Istimewa)
Oleh: Zidan Nuri Ghifary*
Sebagai
bagian dari kaum pemuda, mahasiswa juga memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Mahasiswa ditempa
dan dididik di perguruan tinggi untuk menjadi agen baru yang nantinya layak
mengisi pos–pos tertentu dalam upaya memperbaki kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dari itu, sebagai manusia terdidik dan sebagai calon pemimpin bangsa
mahasiswa harus kritis, tidak cukup hanya membekali diri dengan kecerdasan
pikiran melainkan perlu juga membekali diri dengan kecerdasan spiritual supaya
mampu berpikir dan bertindak dengan bijak serta tidak mudah tergoda kepentingan
duniawi. Sebagai kaum intelektual serta the guardian values (penjaga
nilai–nilai), mahasiswa terus selalu berupaya mentransfer pikiran-pikiran
kepada masyarakat sebagai media pengetahuan terlebih sebagai penyadaran.
Penting
kiranya terlebih dahulu menyamakan pemahaman terkait arti dasar “kritis” supaya
tidak terjadi kesalah-pahaman akibat perbedaan pengertian dan pandangan. Sikap
kritis dimaknai sebagai kemampuan berpikir objektif atau melihat peroalan dari
aspek positif dan negatif secara seimbang, kemudian mengambil keputusan.
Kemudian sikap kritis juga diartikan sebagai kemampuan menyampaikan sesuatu
sesuai sesuai realita. Sikap kritis juga diartikan sebagai kemampuan
mengevaluasi suatu yang ditangkap dengan apa yang disampaikan sehingga
menemukan kejelasan. Sebagai orang terdidik, mahasiswa menjadi orang pertama
yang mestinya belajar dan menerapkan sikap tersebut yaitu dengan mempertimbangkan
segala sesuatu secara bijaksana, proporsional atau seimbang tanpa dibumbui
emosi berlebihan.
Namun
dalam perkembangannya sikap kritis sering disalahpahami sebagai sikap yang
cenderung negatif, dipersepsikan sebagai sikap menentang atau melawan, sikap
tidak percaya kepada orang lain. Kemudian sikap kritis juga sering dihubungkan
dengan demonstrasi mahasiswa atau aksi masa yang berujung bentrok dan kerusuhan.
Pemaknaan sempit ini kerap terjadi di tengah masyarakat kita, bahkan tidak
jarang mahasiswa sendiri yang memiliki pikiran-pikiran demikian.
Sikap
kritis tidak selalu ditunjukan dengan aksi atau demontrasi memprotes kebijakan
pemerintah, meskipun itu adalah salah satu bentuk dari sikap kritis, sebagai
bentuk kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi masyarakat. Sebagaimana dikatakan
di awal bahwa sikap kritis dapat ditunjukkan secara beragam, salah satunya diskusi,
menuliska temuan dan kegelisahan, melakukan bakti sosial, serta aktivitas lain
yang mendorong kesadaran publik. Misalnya sekelompok mahasiswa yang tergabung
dalam aktivis lingkungan kota semarang melakukan aksi penyadaran terhadap
pentingnya merawat sumber mata air Kot Semarang, dengan melakukan melakukan
aksi membagikan botol minuman kepada masyarakat, kemudian aksi damai di Tugu
Muda Semarang, menyebarkan press release di media massa, serta
melakukan kampanye di kampus–kampus. Kita-kira ini sebagai bentuk lain dari
sikap kritis yang juga perlu diketahui. Kira-kira demikian dan terima kasih.
*Alumni PP. mashlahatul Hidayah dan
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2020)
0 Komentar