Banner HIMA 2021

MENJADI MAHASISWA KRITIS DALAM BINGKAI KEBINEKAAN

 


                                                    Zidan (Foto/Istimewa)

Oleh: Zidan Nuri Ghifary*

Sebagai bagian dari kaum pemuda, mahasiswa juga memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Mahasiswa ditempa dan dididik di perguruan tinggi untuk menjadi agen baru yang nantinya layak mengisi pos–pos tertentu dalam upaya memperbaki kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari itu, sebagai manusia terdidik dan sebagai calon pemimpin bangsa mahasiswa harus kritis, tidak cukup hanya membekali diri dengan kecerdasan pikiran melainkan perlu juga membekali diri dengan kecerdasan spiritual supaya mampu berpikir dan bertindak dengan bijak serta tidak mudah tergoda kepentingan duniawi. Sebagai kaum intelektual serta the guardian values (penjaga nilai–nilai), mahasiswa terus selalu berupaya mentransfer pikiran-pikiran kepada masyarakat sebagai media pengetahuan terlebih sebagai penyadaran. 

Penting kiranya terlebih dahulu menyamakan pemahaman terkait arti dasar “kritis” supaya tidak terjadi kesalah-pahaman akibat perbedaan pengertian dan pandangan. Sikap kritis dimaknai sebagai kemampuan berpikir objektif atau melihat peroalan dari aspek positif dan negatif secara seimbang, kemudian mengambil keputusan. Kemudian sikap kritis juga diartikan sebagai kemampuan menyampaikan sesuatu sesuai sesuai realita. Sikap kritis juga diartikan sebagai kemampuan mengevaluasi suatu yang ditangkap dengan apa yang disampaikan sehingga menemukan kejelasan. Sebagai orang terdidik, mahasiswa menjadi orang pertama yang mestinya belajar dan menerapkan sikap tersebut yaitu dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana, proporsional atau seimbang tanpa dibumbui emosi berlebihan.

Namun dalam perkembangannya sikap kritis sering disalahpahami sebagai sikap yang cenderung negatif, dipersepsikan sebagai sikap menentang atau melawan, sikap tidak percaya kepada orang lain. Kemudian sikap kritis juga sering dihubungkan dengan demonstrasi mahasiswa atau aksi masa yang berujung bentrok dan kerusuhan. Pemaknaan sempit ini kerap terjadi di tengah masyarakat kita, bahkan tidak jarang mahasiswa sendiri yang memiliki pikiran-pikiran demikian. 

Sikap kritis tidak selalu ditunjukan dengan aksi atau demontrasi memprotes kebijakan pemerintah, meskipun itu adalah salah satu bentuk dari sikap kritis, sebagai bentuk kepekaan dan kepedulian terhadap kondisi masyarakat. Sebagaimana dikatakan di awal bahwa sikap kritis dapat ditunjukkan secara beragam, salah satunya diskusi, menuliska temuan dan kegelisahan, melakukan bakti sosial, serta aktivitas lain yang mendorong kesadaran publik. Misalnya sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam aktivis lingkungan kota semarang melakukan aksi penyadaran terhadap pentingnya merawat sumber mata air Kot Semarang, dengan melakukan melakukan aksi membagikan botol minuman kepada masyarakat, kemudian aksi damai di Tugu Muda Semarang, menyebarkan press release di media massa, serta melakukan kampanye di kampus–kampus. Kita-kira ini sebagai bentuk lain dari sikap kritis yang juga perlu diketahui. Kira-kira demikian dan terima kasih.

                                                                                       *Alumni PP. mashlahatul Hidayah dan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2020)

Posting Komentar

0 Komentar