Dalam sebuah ceramah yang penuh getar jiwa berjudul "Jangan Putus Asa! Kabar Gembira untuk Para Pendosa". KH. Kuswaidi Syafi’i mengungkap sosok yang menjadi ruh spiritual Pondok Pesantren Mashlahatul Hidayah: Almarhum Kyai Mustandji Yusuf, merupakan sosok kyai Madura, yang bukan hanya seorang pengasuh pondok, namun juga seorang wali—seorang yang telah menembus batas-batas lahiriah dan mendapat ilham Ilahi.
Dalam kesaksiannya, KH. Kuswaidi menyampaikan bahwa Kyai Mustandji Yusuf memiliki karomah luar biasa: kemampuan mengetahui waktu wafatnya sejak 17 hari sebelum ajal itu datang. Ini bukan cerita kosong, tapi bagian dari tradisi lisan yang hidup di tengah para santri dan masyarakat pesantren.
“Pasra de’ Allah Poko' Pon e Ridha'in. Jhe’ Alompa’ deri Kasokana Allah. Abe’ Tak Bisa Ngobe Kasokan Epon. Bheli’ Teptep Nyare ka Ridha’an Epon”
Bait ke-14 kitab Hikam Syi’ir ala Kitab Anni’am Fii Nadhmil Hikam karya beliau sendiri, menjadi semacam kunci untuk memahami jalan spiritualnya: Pasrah total kepada Allah, tidak mengejar kesenangan dunia, dan teguh dalam mencari ridha-Nya.
Inilah yang disebut KH. Kuswaidi sebagai “jalan wali”—jalan yang tak semua orang mampu menempuhnya, tapi semua bisa belajar darinya. Di balik ridha dan pasrah, disitulah letak kekuatan Kyai Mustandji Yusuf. Bukan hanya pemimpin pesantren, tetapi juga penjaga ruhani Mashlahatul Hidayah yang ajarannya terus hidup lewat bait-bait hikmah dan jejak karomah.
Ceramah ini tidak sekadar dakwah tapi menjadi pengingat bahwa para pendosa pun masih sama-sama punya harapan, selama mereka menapaki jejak orang-orang yang benar—seperti Kyai Mustandji Yusuf. [Lel]
0 Komentar