Banner HIMA 2021

Kerendahan Hati Kiai Mustandji Setelah Menyalin Kitab Anni'am Fii Nadzmil Hikam Syeikh Khudaifah

Kiai Mustandji Yusuf, Pengasuh ke-2 Pondok Pesantren Mashlahatul Hidayah Errabu Bluto Sumenep-Madura. Foto: IKA-MM Dok.

Masda.id, Sumenep - Mursyid Thariqah Naqsabandiyah silsilah ke-45 Hadrotus Syeikh Abd. Wahid bin Khudaifah mengarang Kitab Anni'am Fii Nadhmil Hikam. Kitab bentuk nadham dari Kitab Hikam Ibnu Atha'illah Al-Sakandary tersebut terdiri dari 512 bait. Dalam Kitab Anni'am, Syeikh Khudaifah juga menulis penjelasan-penjelasan singkat di setiap baitnya.

Pengasuh ke-2 Pondok Pesantren Mashlahatul Hidayah Kiai Mustandji Yusuf (1941-2008) menulis ulang kitab tersebut. Kiai Mustandji juga menambahkan nadham berbahasa Madura yang ditulis menggunakan Arab Pegon di setiap baitnya.

Memang sudah menjadi kebiasaan Kiai Mustandji membuat nadham berbahasa Madura. Selain menulis nadham Kitab Anni'am Kiai Mustandji juga membuat nadham beberapa kitab klasik karya ulama Nusantara. Hal ini dilakukan untuk memudahkan para santri dalam memahami isi kandungan kitab. Biasanya, nadham hasil karangannya dibaca para santri sebelum beliau memulai pengajian di pesantren Mashalatul Hidayah.

Baca juga: Kiai Mustandji: Keturunan Tukang Topeng yang Jadi Kiai, Ahli Tirakat, Diyakini Punya Ilmu Rogosukmo

Di antara beberapa kitab yang dibuat nadham yaitu Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali dan Matnu Al-Zubad karangan Ibnu Ruslan. Walapun belum diketahui secara pasti apakah pemberian nadham dari kitab yang disebutkan di atas telah dilakukan seluruhnya atau hanya sebagian. Sejauh ini, baru karangan Kitab Ann'iam Syeikh Hudaifah yang ditemukan dan berhasil diselesaikan.

Kiai Mustandji menjelaskan bahwa penyalinan kitab dan pemberian nadham Kitab Anni'am dimulai Malam Senin Tanggal 7 Robiul Akhir 1428 H (April 2008) dan khatam Malam Senin Tanggal 12 Jumadil Ula (18 Mei 2008).

Ada yang menarik setelah Kiai Mustandji menyelesaikan karangannya tersebut. Di akhir salinan Kitab Anni'am, Kiai Mustandji Yusuf menulis:

"Se nyalen Kitab Hikam nyama Mustandji. Keng be' nyobe' sanaosa ta' tao ngaji (Yang menyalin kitab Hikam bernama Mustandji. Hanya coba-coba meski sebenarnya tidak pernah ngaji)."

Bagi yang mengenal Kiai Mustandji, tentu tidak akan percaya begitu saja jika dikatakan bahwa Kiai Mustandji tidak pernah ngaji atau belajar di pesantren.

Dalam buku Kiai Mustandji Yusuf: Akan Tukang Panjeng yang Ahli Riayadhah (Miftahul Arifin, 2018) disebutkan bahwa Kiai Mustandji pernah nyantri di Pondok Pesantren Al-Islah Moncek Tengah di bawah asuhan Kiai Muhammad Nor dan Kiai Syamsul Arifin. Proses pendalaman ilmu agama di pesantren ini dilakukan selama sekitar 10 tahun (tahun 1950-an). Kiai Mustandji Yusuf juga pernah nyatri ke Kiai Asyim di Lumajang.

Selain itu, Kiai Mustandji diketahui banyak mengikuti thariqah. Dan hampir selama hidupnya sering melakukan untuk melakukan pengembaraan spritual (tirakat) dari satu daerah ke daerah yang lain. Banyak yang menjadi saksi mengenai kealiman Kiai Mustandji. Bahkan belaiu dikenal memiliki ilmu mukasyafah (tersingkapnya tabir ghaib).

Baca juga: Kiai Mustandji, Ahli Riyadhah yang Membuka Rahasia Kematiannya Sendiri

Ungkapan Kiai Mustandji Yusuf setelah menyalin dan memberikan nadham pada Kitab Ann'am dapat diartikan sebagai bentuk kerendah-hati beliau. Beliau merasa tidak tahu meskipun sebenarnya mengetahui (alim). Ungkapan tersebut dapat juga diartikan sebuah kehati-hatian bahwa apa yang telah dilakukannya tidak menjadi jaminan sebuah kebenaran.

Inilah yang menjadi salah satu sifat yang khas para kiai di pesantren dan para ulama. Meskipun sudah dikenal alim dan banyak mengarang kitab, mereka tidak pernah selalu rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Selain mengakui bahwa pendapatnya masih bisa salah, para ulama juga meyakini sepenunya bahwa ilmu yang dimiliki semata-mata berkat karunia dan pemberian dari Allah. Mereka merasa tidak pantas untuk meninggikan diri sendiri.

Para santri hendaknya bisa meneladani kerendahan hati para ulama dan kiai sebagaimana juga telah dicontohkan Kiai Mustandji, baik dalam proses menuntut ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari. [M. Arifin]

Posting Komentar

0 Komentar