Pagi ini Aku membereskan buku-buku lamaku, ku pilih buku yang
sekiranya masih layak disumbangkan ke perpustakaan sekolah di samping rumahku.
Dari pada hanya disimpan lebih baik dibaca oleh anak-anak dan bisa bermanfaat
untuk mereka. Aku masukkan dalam kardus satu persatu, hingga mataku
tertuju pada buku kecil yang bersampul kupu-kupu, di sampulnya tertulisan
tahun 2008. Waktu itu aku masih berumur 16 tahun, baru masuk sekolah SMA.
Bayangan waktu remaja berkelebat di pikiranku, kenangan yang indah
masa-masa remaja kembali terulang dalam ingatan, tentang teman, sahabat dan
cinta pertamaku.
Teringat tentang cinta pertama, jantungku berdebar, mulai saat ini
aku
harus benar-benar melupakannya, cukup 10 tahun Aku memendamnya,
tidak lagi untuk hari ini dan seterusnya.
“ Kenapa harus menemukan buku ini?” Gumamku sambil menghela
nafas.
“Ada apa Nadira?” Suara Ibu mengagetkan. Aku langsung meletakkan
kembali buku itu
di susunan buku-buku yang lain.
“Tidak apa-apa Buk.” Jawabku
“ Kak akmu menunggu dari tadi, ini sudah jam sembilan.” Kata Ibu. Aku
melihat kearah jam dinding.
“ Memangnya mau kemana Buk? Nadira mau antarkan buku-buku
ini ke sekolah dulu.” TanyAku.
“Ya Allah Nadira....., apa kamu lupa? Ibu menyuruhmu untuk fitting
baju pernikahan, pernikahanmu tinggal tiga hari lagi......” Intonasi Ibu meninggi,
Ibu menepuk dahinya. Aku bergegas mengambil kerudungku sebelum Ibu benar-benar
marah karena Aku lupa dengan hari pernikahanku.
Ternyata benar Kak Rama sudah mengendarai motornya, terlihat
wajahnya cemberut. Sebelum berkata-kata Aku bergegas menaiki
motornya dan meraih helm yang dipegangnya.
“kita berangkat ya Buk, Assalamu’alaikum.” Pamit Kak Rama
“Waalaikum salam, hati-hati Nak”
###
Selama di perjalanan Aku diam saja, hatiku masih berdebar kencang
mengingat tentang pernikahan yang terbilang singkat, Aku langsung menyetujui
lamaran seorang laki-laki tanpa mengetahui wajah dan asal usulnya. Karena ini
adalah keputusanku, Aku tidak ingin terus menerus menyakiti hati Ibu karena tak
kunjung menikah di umurku yang sudah berkepala tiga.
Aku merangkul erat punggung Kak Rama, air mataku mulai menetes.
“Dek, kamu tidak apa-apa kan?” Kak Rama menggenggam tanganku
“Nadira baik-baik saja Kak .” Jawabku serak
“Kakak sangat paham dengan perasaanmu saat ini dek, mungkin ini
memang takdirmu, ketika kamu ikhlas maka semuanya akan indah. Bersabarlah.”
Katanya. Aku mengangguk sambil menyeka air mataku.
Hanya dia yang tau rahasia besarku, penyebab Aku menutup diri dari
laki-laki yang mendekatiku, Aku selalu menolak lamaran mereka.
Di umurku yang sudah tiga puluh tahun membuat Ibuku semakin
khawatir dan memaksaku segera menikah, Aku kasihan pada Ibu, karena selalu
mendengar kata-kata pedas dari tetangga, karena Aku perawan tua.
Dan kemarin sore, tiba-tiba ada orang melamarku, tanpa pikir manjang Aku langsung
menerimanya. Meskipun Aku tak menemui dan berkenalan terlebih dahulu dengan
laki-laki itu. Aku hanya tau namanya dan memang menolak untuk bertemu. Aku
pasrahkan semuanya pada keluarga, kalau menerut mereka baik maka baik pula
untukku.
“Dek. Kita sudah sampai, kamu ketiduran ya?” Kak Rama menyadarkan Aku dari lamunan.
“Enggak kok Kak, Aku gak ketiduran.” jawabku
sambil turun dari motor dan menyerahkan helm
“Nanti Kakak yang akan memilih gaunnya, Kakak ingin adekku yang
cantik ini seperti Ratu di hari pernikahannya.” Kak Rama mencubit pipiku gemas.
Aku mengangguk, dan memeluk Kak Rama, dia memang Kakak yang paling baik, kita
memang hanya dua bersaudara, jadi dia yang selalu menemaniku selama ini.
“Kakak mau menghubungi Wildan dulu.” Kak Rama mengambil Hp-nya
dan menghubungi calon suamiku, namanya Wildan. Kita memang sepakat untuk
langsung bertemu di tempat ini untuk sama-sama memilih baju pengantin. Aku
kembali merenung, bagaimana nasibku setelah menikah dengan orang yang tidak Aku
kenal? Entahlah....
“Assalamualaikum.., Kakak dan Nadira sudah sampai di lokasi, kamu
dimana?” Tanya Kak Rama. Tiba-tiba melihat ke arahku, dan
menutup teleponnya.
“Wildan masih mempersiapkan beberapa hal, jadi dia tidak bisa
kesini, dan minta maaf tidak memberitahu sebelumnya. Dia juga meminta Kakak
untuk memilihkan baju untuk Dia, kebetulan ukuran bajunya sama dengan ukuran Kakak.”
Jelas Kak Rama panjang lebar. Aku iyakan saja, ternyata Aku dan dia memang
tidak ditakdirkan untuk bertemu sebelum akad.
“Ya sudah kita masuk saja.” Kak Rama meraih tanganku. Ternyata Aku
benar-benar akan menikah dan memulai hidup baru dengan gelar seorang istri.
###
Perempuan itu bisa menahan dan menyimpan rasa cintanya hingga
puluhan tahun, tapi tidak dengan rasa cemburunya meskipun sedetik. Itu yang ku
rasakan selama sepuluh tahun, Aku mencintai Bisma, sahabatku sewaktu di SMA. Dialah cinta pertamaku, tapi tidak dengan Dia, sebab Dia memiliki tunangan dan menikahinya setelah lulus SMA. Hancurlah sudah hatiku, Aku mencintainya tapi tak bisa berbuat
apa-apa, Bisma telah memilih cintanya sendiri dan tidak ada hubungannya dengan
perasaanku, akhirnya Aku memutuskan menyingkirkan semua benda-benda yang
berhubungan dengan Bisma. Tapi tidak dengan pikiranku dan perasaanku. Sekuat
apapun Aku mencoba menghapus, tetap saja yang ada di hatiku adalah Bisma. Hati ini tak
bisa berbohong, hingga Aku frustasi dan tidak pernah membuka hati untuk laki-laki
lain.
Hari ini Aku kembali mencoba membuka hati demi Ibu, demi
kebahagiaannya, karena Aku tak mampu membalas kebaikan Ibu dengan apapun,
meskipun harus mengorbankan perasaan dan cintaku.
“Nadira, kamu harus ikhlas, Ibu tidak bisa terus-terusan melihat
kamu bersedih. Apa lagi Ibu hanya orang tua tunggal yang tak bisa berbuat
banyak untuk anak-anaknya, umur Ibu semakin berkurang dan Ibu ingin segera
melihat anak-anak Ibu memiliki pasangan dan bahagia.” Ibuku mengelus rambutku.
Kata-katanya berhasil membuatku menangis, Aku tak mampu berkata-kata.
“Besok Ibu tidak ingin melihat air matamu, di hari pernikahanmu
kamu harus bahagia, Ibu yakin Wildan adalah laki-laki yang baik, bertanggung
jawab, dan dia juga tampan kok.” Ibu mengusap air mataku, Aku tersenyum.
“Nadira janji untuk tidak menangis besok, karena besok adalah momen
berharga untuk Nadira, dan Nadira janji untuk bahagia”, kataku meyakinkan. Ibu
mencium keningku dan kita berpelukan lama.
###
Pernikahan adalah hal yang sakral dan momen yang paling
ditunggu-tunggu dalam hidup, karena pernikahan adalah satu menjadi dua dan dua
menjadi satu. perbedaan pikiran tidak menjadi masalah karena beda kepala beda
pula pemikirannya, hal yang tak masuk akal menjadi mungkin. Pertengkaran
menjadi bumbu dan penyedap satu sama lain, dan menjadikannya semakin dewasa.
Hari ini Aku akan menikah dengan orang yang tidak Aku kenal dan
tanpa cinta. Tapi Aku percaya bahwa ini takdir yang bisa membuat Aku bahagia
dan tidak terus menerus hidup dengan keterpurukan dan kekecewaan.
Aku melihat pantulan wajahku dicermin dengan wajah yang sedikit
berbeda,
terlihat cantik, make-up yang telah membuatku berubah seperti artis ternama. Entahlah apakah calon suamiku akan terkejut setelah
make-up ini dihapus, Aku tertawa sendiri.
Di luar terdengar penghulu mengucap akad nikah, tidak menunggu lama
Aku telah sah menjadi seorang istri dan Aku merinding. Masih tak percaya
rasanya,
takdirku seperti ini, ketika telah datang waktunya menikah dan takdir
berkehendak, tidak harus repot-repot mencari karena dia akan datang sendiri
dengan cara apapun.
‘’Dek, saatnya kamu keluar dan menemui suamimu”, Kak
Rama menghampiri dan mendampingiku keluar dari kamar, hatiku
berdebar. Sampai di ruang tamu, pertama Aku melihat Ibu dengan senyuman bahagianya.
Aku tak berani melihat wajah suamiku, Aku terus menundukkan
pandangan, Kak Rama menyuruhku duduk disampingnya dan tiba-tiba Wildan
mengulurkan tangannya, Aku bingung. Apa yang harus ku lakukan?, Ini
pengalaman pertamaku bersalaman dengan selain mahrom, Aku ingin menerima uluran
tangannya tapi terasa berat.
“Tidak apa-apa nak, dia telah menjadi suamimu”, Ibu
menghapiriku. Akhirnya dengan berani Aku meraih tangannya dan tangannya terasa
dingin, Aku tersenyum, ternyata dia juga grogi. Tiba-tiba dia mencium keningku
dan membuat Aku terkejut. Semua tamu undangan tergelak melihat tingkahku dan
membuat wajahku terasa panas, dengan berani Aku melihat wajahnya, dia tersenyum
dan terlihat lesung pipi kanannya. Wajahnya agak tirus dan dia memang laki-laki
ideal. Aku gugup dan kembali menunduk, tapi Aku merasa aneh wajahnya terasa tak
asing. Mungkin Aku dan dia pernah bertemu, tapi entahlah.
“Salam kenal untukmu istriku”, Kata-katanya membuatku gugup, Aku
melihat kearahnya dan melempar senyumanku. “Menarik....” Kataku dalam hati.
Hatiku seperti tersihir dan berdebar.
“Nadira, lama tak bertemu.” Tiba-tiba ada yang menghampiriku.
Mendengar suaranya Aku langsung menoleh, meskipun bertahun-tahun tak bertemu Aku
masih ingat suaranya.
“Bisma?, Kenapa kamu bisa ada di sini?”, Aku sungguh terkejut,
kenapa di hari penting ini dia malah datang dan mengacaukan
perasaanku.
“Aku tidak ingin melewatkan momen ini tentunya, sahabat yang sekaligus adikku menikah, dan Aku harus hadir”, wajahnya tersenyum lebar. Dia
terlihat begitu bahagia. Ini sungguh kejutan yang tak terduga. Apakah hanya Aku
yang tidak tahu. Aku melihat ke arah Kak Rama. Dia juga terlihat terkejut dan
bergumam bahwa dia juga tidak tahu. Bisma dan Wildan adalah saudara, ternyata ada
kemiripan antara mereka berdua. Aku menjadi lemas tapi berusaha tegar.
“Syukurlah, kita bisa bertemu lagi setelah sepuluh
tahun tak berjumpa. Dimana istrimu?” keberanianku seketika muncul, dan Aku meraih
tangan Wildan dan menggenggamnya. Aku wanita bersuami dan baru saja menjadi
istri, tidak seharusnya hatiku goyah begitu saja.
“Istriku meninggal delapan tahun yang lalu” Jawabnya santai,
jawabanya semakin membuatku hancur, tiba-tiba pikiranku berkecamuk. “Apa
ini Tuhan?, Terlalu berat untukku”, Tubuhku gemetar.
“Wildan, jagalah Nadira, dia adalah sahabat terbaik Kakak”, Bisma menepuk pundak Wildan dan Wildan
mengangguk.
“Pasti Kak, Aku akan menjaganya dan perlahan akan membuatnya jatuh
cinta padaku”, Dia tersenyum ke arahku.
“Percepat Aku untuk bisa mencitaimu Mas.” Kataku bergetar, dan Wildan
kembali mencium keningku. Ciumannya memberikan aku kekuatan dan keyakinan bahwa
keputusanku tidak salah.
“Aku akan berusaha”, Senyumnya sungguh mempesona, tak harus lama,
cinta ini perlahan tumbuh, cinta yang Aku buang sia-sia selama sepuluh tahun
bisa Aku dapatkan se cepat ini. Dan sungguh Aku tersihir.
“Wah.. buat Kakak iri aja pengantin baru ini..! Aku
sungguh bahagia melihat kalian berdua. Dan Sebenarnya Aku terjejut bahwa yang
dinikahi Wildan adalah kamu Nadira, karena Aku juga baru tau. Sungguh beruntung
Wildan bisa memiliki kamu dan menjadi suamimu”, katanya.
“Takdir ini sungguh tak terduga dan tidak bisa diduga”, Kataku.
Aku yakin ini adalah awal Aku untuk bahagia, karena laki-laki yang
kamu cintai bisa jadi bukan jodohmu dan yang terbaik untukmu, karena cinta itu
datang tanpa permisi entah itu berjangka panjang atau pendek, entah itu puluhan
tahun ataupun sedetik, karena cinta seperti sihir yang bisa membuatmu kronis.
Muncek Timur, 23 Maret 2021
0 Komentar