Banner HIMA 2021

Cerpen Ica L. Masyhuri "Aku Ada Karena Kenangan (Memoribilia)"

 

foto: blog.backjoy.com

Pagi ini Aku membereskan buku-buku lamaku, ku pilih buku yang sekiranya masih layak disumbangkan ke perpustakaan sekolah di samping rumahku. Dari pada hanya disimpan lebih baik dibaca oleh anak-anak dan bisa bermanfaat untuk mereka. Aku masukkan dalam kardus satu persatu, hingga mataku tertuju pada buku kecil yang bersampul kupu-kupu, di sampulnya tertulisan tahun 2008. Waktu itu aku masih berumur 16 tahun, baru masuk sekolah SMA.

Bayangan waktu remaja berkelebat di pikiranku, kenangan yang indah masa-masa remaja kembali terulang dalam ingatan, tentang teman, sahabat dan cinta pertamaku.

Teringat tentang cinta pertama, jantungku berdebar, mulai saat ini aku harus benar-benar melupakannya, cukup 10 tahun Aku memendamnya, tidak lagi untuk hari ini dan seterusnya.

“ Kenapa harus menemukan buku ini?” Gumamku sambil menghela nafas.

“Ada apa Nadira?” Suara Ibu mengagetkan. Aku langsung meletakkan kembali buku itu di susunan buku-buku yang lain.

“Tidak apa-apa Buk.” Jawabku

“ Kak akmu menunggu dari tadi, ini sudah jam sembilan.” Kata Ibu. Aku melihat kearah jam dinding.

“ Memangnya mau kemana Buk? Nadira mau antarkan buku-buku ini ke sekolah dulu.” TanyAku.

“Ya Allah Nadira....., apa kamu lupa? Ibu menyuruhmu untuk fitting baju pernikahan, pernikahanmu tinggal tiga hari lagi......” Intonasi Ibu meninggi, Ibu menepuk dahinya. Aku bergegas mengambil kerudungku sebelum Ibu benar-benar marah karena Aku lupa dengan hari pernikahanku.

Ternyata benar Kak Rama sudah mengendarai motornya, terlihat wajahnya cemberut. Sebelum berkata-kata Aku bergegas menaiki motornya dan meraih helm yang dipegangnya.

“kita berangkat ya Buk, Assalamualaikum.” Pamit Kak  Rama

“Waalaikum salam, hati-hati Nak”

###

Selama di perjalanan Aku diam saja, hatiku masih berdebar kencang mengingat tentang pernikahan yang terbilang singkat, Aku langsung menyetujui lamaran seorang laki-laki tanpa mengetahui wajah dan asal usulnya. Karena ini adalah keputusanku, Aku tidak ingin terus menerus menyakiti hati Ibu karena tak kunjung menikah di umurku yang sudah berkepala tiga.

Aku merangkul erat punggung Kak  Rama, air mataku mulai menetes.

“Dek, kamu tidak apa-apa kan?” Kak  Rama menggenggam tanganku

“Nadira baik-baik saja Kak .” Jawabku serak

“Kakak sangat paham dengan perasaanmu saat ini dek, mungkin ini memang takdirmu, ketika kamu ikhlas maka semuanya akan indah. Bersabarlah.” Katanya. Aku mengangguk sambil menyeka air mataku.

Hanya dia yang tau rahasia besarku, penyebab Aku menutup diri dari laki-laki yang mendekatiku, Aku selalu menolak lamaran mereka.

Di umurku yang sudah tiga puluh tahun membuat Ibuku semakin khawatir dan memaksaku segera menikah, Aku kasihan pada Ibu, karena selalu mendengar kata-kata pedas dari tetangga, karena Aku perawan tua.

Dan kemarin sore, tiba-tiba ada orang melamarku, tanpa pikir manjang Aku langsung menerimanya. Meskipun Aku tak menemui dan berkenalan terlebih dahulu dengan laki-laki itu. Aku hanya tau namanya dan memang menolak untuk bertemu. Aku pasrahkan semuanya pada keluarga, kalau menerut mereka baik maka baik pula untukku.

“Dek. Kita sudah sampai, kamu ketiduran ya?” Kak  Rama menyadarkan Aku dari lamunan.

Enggak kok Kak, Aku gak ketiduran.” jawabku sambil turun dari motor dan menyerahkan helm

“Nanti Kakak yang akan memilih gaunnya, Kakak ingin adekku yang cantik ini seperti Ratu di hari pernikahannya.” Kak Rama mencubit pipiku gemas. Aku mengangguk, dan memeluk Kak Rama, dia memang Kakak yang paling baik, kita memang hanya dua bersaudara, jadi dia yang selalu menemaniku selama ini.

“Kakak mau menghubungi Wildan dulu.” Kak Rama mengambil Hp-nya dan menghubungi calon suamiku, namanya Wildan. Kita memang sepakat untuk langsung bertemu di tempat ini untuk sama-sama memilih baju pengantin. Aku kembali merenung, bagaimana nasibku setelah menikah dengan orang yang tidak Aku kenal? Entahlah....

“Assalamualaikum.., Kakak dan Nadira sudah sampai di lokasi, kamu dimana?” Tanya Kak Rama. Tiba-tiba melihat ke arahku, dan menutup teleponnya.

“Wildan masih mempersiapkan beberapa hal, jadi dia tidak bisa kesini, dan minta maaf tidak memberitahu sebelumnya. Dia juga meminta Kakak untuk memilihkan baju untuk Dia, kebetulan ukuran bajunya sama dengan ukuran Kakak.” Jelas Kak Rama panjang lebar. Aku iyakan saja, ternyata Aku dan dia memang tidak ditakdirkan untuk bertemu sebelum akad.

“Ya sudah kita masuk saja.” Kak Rama meraih tanganku. Ternyata Aku benar-benar akan menikah dan memulai hidup baru dengan gelar seorang istri.

###

Perempuan itu bisa menahan dan menyimpan rasa cintanya hingga puluhan tahun, tapi tidak dengan rasa cemburunya meskipun sedetik. Itu yang ku rasakan selama sepuluh tahun, Aku mencintai Bisma, sahabatku sewaktu di SMA. Dialah cinta pertamaku, tapi tidak dengan Dia, sebab Dia memiliki tunangan dan menikahinya setelah lulus SMA. Hancurlah sudah hatiku, Aku mencintainya tapi tak bisa berbuat apa-apa, Bisma telah memilih cintanya sendiri dan tidak ada hubungannya dengan perasaanku, akhirnya Aku memutuskan menyingkirkan semua benda-benda yang berhubungan dengan Bisma. Tapi tidak dengan pikiranku dan perasaanku. Sekuat apapun Aku mencoba menghapus, tetap saja yang ada di hatiku adalah Bisma. Hati ini tak bisa berbohong, hingga Aku frustasi dan tidak pernah membuka hati untuk laki-laki lain.

Hari ini Aku kembali mencoba membuka hati demi Ibu, demi kebahagiaannya, karena Aku tak mampu membalas kebaikan Ibu dengan apapun, meskipun harus mengorbankan perasaan dan cintaku.

“Nadira, kamu harus ikhlas, Ibu tidak bisa terus-terusan melihat kamu bersedih. Apa lagi Ibu hanya orang tua tunggal yang tak bisa berbuat banyak untuk anak-anaknya, umur Ibu semakin berkurang dan Ibu ingin segera melihat anak-anak Ibu memiliki pasangan dan bahagia.” Ibuku mengelus rambutku. Kata-katanya berhasil membuatku menangis, Aku tak mampu berkata-kata.

“Besok Ibu tidak ingin melihat air matamu, di hari pernikahanmu kamu harus bahagia, Ibu yakin Wildan adalah laki-laki yang baik, bertanggung jawab, dan dia juga tampan kok.” Ibu mengusap air mataku, Aku tersenyum.

“Nadira janji untuk tidak menangis besok, karena besok adalah momen berharga untuk Nadira, dan Nadira janji untuk bahagia”, kataku meyakinkan. Ibu mencium keningku dan kita berpelukan lama.

###

Pernikahan adalah hal yang sakral dan momen yang paling ditunggu-tunggu dalam hidup, karena pernikahan adalah satu menjadi dua dan dua menjadi satu. perbedaan pikiran tidak menjadi masalah karena beda kepala beda pula pemikirannya, hal yang tak masuk akal menjadi mungkin. Pertengkaran menjadi bumbu dan penyedap satu sama lain, dan menjadikannya semakin dewasa.

Hari ini Aku akan menikah dengan orang yang tidak Aku kenal dan tanpa cinta. Tapi Aku percaya bahwa ini takdir yang bisa membuat Aku bahagia dan tidak terus menerus hidup dengan keterpurukan dan kekecewaan.

Aku melihat pantulan wajahku dicermin dengan wajah yang sedikit berbeda, terlihat cantik, make-up yang telah membuatku berubah seperti artis ternama. Entahlah apakah calon suamiku akan terkejut setelah make-up ini dihapus, Aku tertawa sendiri.

Di luar terdengar penghulu mengucap akad nikah, tidak menunggu lama Aku telah sah menjadi seorang istri dan Aku merinding. Masih tak percaya rasanya, takdirku seperti ini, ketika telah datang waktunya menikah dan takdir berkehendak, tidak harus repot-repot mencari karena dia akan datang sendiri dengan cara apapun.

‘’Dek, saatnya kamu keluar dan menemui suamimu”, Kak Rama menghampiri dan mendampingiku keluar dari kamar, hatiku berdebar. Sampai di ruang tamu, pertama Aku melihat Ibu dengan senyuman bahagianya.

Aku tak berani melihat wajah suamiku, Aku terus menundukkan pandangan, Kak Rama menyuruhku duduk disampingnya dan tiba-tiba Wildan mengulurkan tangannya, Aku bingung. Apa yang harus ku lakukan?, Ini pengalaman pertamaku bersalaman dengan selain mahrom, Aku ingin menerima uluran tangannya tapi terasa berat.

“Tidak apa-apa nak, dia telah menjadi suamimu”, Ibu menghapiriku. Akhirnya dengan berani Aku meraih tangannya dan tangannya terasa dingin, Aku tersenyum, ternyata dia juga grogi. Tiba-tiba dia mencium keningku dan membuat Aku terkejut. Semua tamu undangan tergelak melihat tingkahku dan membuat wajahku terasa panas, dengan berani Aku melihat wajahnya, dia tersenyum dan terlihat lesung pipi kanannya. Wajahnya agak tirus dan dia memang laki-laki ideal. Aku gugup dan kembali menunduk, tapi Aku merasa aneh wajahnya terasa tak asing. Mungkin Aku dan dia pernah bertemu, tapi entahlah.

“Salam kenal untukmu istriku”, Kata-katanya membuatku gugup, Aku melihat kearahnya dan melempar senyumanku. “Menarik....” Kataku dalam hati. Hatiku seperti tersihir dan berdebar.

“Nadira, lama tak bertemu.” Tiba-tiba ada yang menghampiriku. Mendengar suaranya Aku langsung menoleh, meskipun bertahun-tahun tak bertemu Aku masih ingat suaranya.

“Bisma?, Kenapa kamu bisa ada di sini?”, Aku sungguh terkejut, kenapa di hari penting ini dia malah datang dan mengacaukan perasaanku.

“Aku tidak ingin melewatkan momen ini tentunya, sahabat yang sekaligus adikku menikah, dan Aku harus hadir”, wajahnya tersenyum lebar. Dia terlihat begitu bahagia. Ini sungguh kejutan yang tak terduga. Apakah hanya Aku yang tidak tahu. Aku melihat ke arah Kak Rama. Dia juga terlihat terkejut dan bergumam bahwa dia juga tidak tahu. Bisma dan Wildan adalah saudara, ternyata ada kemiripan antara mereka berdua. Aku menjadi lemas tapi berusaha tegar.

Syukurlah, kita bisa bertemu lagi setelah sepuluh tahun tak berjumpa. Dimana istrimu?” keberanianku seketika muncul, dan Aku meraih tangan Wildan dan menggenggamnya. Aku wanita bersuami dan baru saja menjadi istri, tidak seharusnya hatiku goyah begitu saja.

“Istriku meninggal delapan tahun yang lalu” Jawabnya santai, jawabanya semakin membuatku hancur, tiba-tiba pikiranku berkecamuk. Apa ini Tuhan?, Terlalu berat untukku”, Tubuhku gemetar.

“Wildan, jagalah Nadira, dia adalah sahabat terbaik Kakak”,  Bisma menepuk pundak Wildan dan Wildan mengangguk.

“Pasti Kak, Aku akan menjaganya dan perlahan akan membuatnya jatuh cinta padaku”, Dia tersenyum ke arahku.

“Percepat Aku untuk bisa mencitaimu Mas.” Kataku bergetar, dan Wildan kembali mencium keningku. Ciumannya memberikan aku kekuatan dan keyakinan bahwa keputusanku tidak salah.

“Aku akan berusaha”, Senyumnya sungguh mempesona, tak harus lama, cinta ini perlahan tumbuh, cinta yang Aku buang sia-sia selama sepuluh tahun bisa Aku dapatkan se cepat ini. Dan sungguh Aku tersihir.

“Wah.. buat Kakak iri aja pengantin baru ini..! Aku sungguh bahagia melihat kalian berdua. Dan Sebenarnya Aku terjejut bahwa yang dinikahi Wildan adalah kamu Nadira, karena Aku juga baru tau. Sungguh beruntung Wildan bisa memiliki kamu dan menjadi suamimu”, katanya.

“Takdir ini sungguh tak terduga dan tidak bisa diduga”, Kataku.

Aku yakin ini adalah awal Aku untuk bahagia, karena laki-laki yang kamu cintai bisa jadi bukan jodohmu dan yang terbaik untukmu, karena cinta itu datang tanpa permisi entah itu berjangka panjang atau pendek, entah itu puluhan tahun ataupun sedetik, karena cinta seperti sihir yang bisa membuatmu kronis.

Muncek Timur, 23 Maret 2021

 Ica L. Masyhuri, Penikmat sastra asal Muncek Timur Lenteng. Wali santri Pondok Pesantren Mashlahatul Hidayah Errabu Bluto Sumenep. 

Posting Komentar

0 Komentar