Banner HIMA 2021

Kesan Pengasuh Mashlahatul Hidayah Sumenep Tentang Sosok Mbah Moen

Kiai Abdin Nuril Mujib, Santri Mbah Moen, Pengasuh Pondok Pesantren Mashlahatul Hidayah Errabu, Bluto, Sumenep-Madura. Foto: Dok Pribadi.

Masda.id, Sumenep - Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Mashlahatul Hidayah Errabu Bluto Sumenep-Madura Kiai Abdin Nuril Mujib turut berduka atas wafatnya Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Kiai H. Maimoen Zubair (Mbah Moen). Mendengar Mbah Moen wafat, Kiai Mujib yang pernah nyatri ke Mbah Moen langsung meminta santrinya mengirimkan hadiah surat Yasiin khusus untuk Mbah Moen.

Baca juga: Kiai Mujib, Santri Mbah Moen Sumenep Minta Para Santri Baca Yasiin Buat Mbah Moen

Di mata Kiai Mujib, Mbah Moen merupakan sosok kiai yang memiliki pengabdian yang tinggi dalam ilmu agama. Hal ini, kata Kiai Mujib, dilihat dari hilangnya rasa lelah ketika beliau mengajar kitab kepada para santrinya.

"Sebagai santri yang pernah ngaji ke beliau, kesan yang paling mendalam pengabdian beliau terhadap ilmu (agama)  yang sangat tinggi itu dibuktikan dengan hilangnya rasa lelah beliau ketika mengajarkan kitab," kata Kiai Mujib kepada Masda.id, Selasa (06/08/2019).

Kiai Mujib nyatri di Al-Anwar Sarang antara tahun 2011 hingga 2012 selepas nyatri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur.

Kiai Mujib menceritakan, ketika bulan Ramadhan, Mbah Moen pasti mengadakan hataman kitab, mulai pagi sampai malam hari.

"Pagi jam 08.00 hingga sampai jam 11.00. Setelah Duhur sampai ashar. Malam, setelah ngimami tarawih sampai jam 12, bahkan kadang jam 1. Ibadah tahajjud-nya beliau istiqomah. Ketika jam 3 pasti beliau sudah ke kamar mandi karena kamar mandi beliau ada di luar dekat musholla. Banyak santri yang tau itu," papar Kiai Mujib.

Meskipun sudah sepuh, lanjut Kiai Mujib, Mbah Moen tetap ngaji. Bahkan kitab hingga harus di ketik ulang kemudian di print dengan huruf besar agar bisa dibaca. "Ketika beliau membaca kitab sambil dibantu kaca pembesar. Itulah semangat beliau terhadap ilmu yang patut di teladani," ujar Kiai Mujib.

Baca juga: Empat Metode Dakwah Kiai Mustandji Yusuf: dari Marah-Marah hingga Ramah-Ramah

Kiai Mujib meyakini Mbah Moen termasuk ulama yang Ar-Rasikhuuna fil  'Ilmi yang dengan ilmunya senantiasa bertambah takut kepada Allah. Menurut Kiai Mujib, itulah ciri ulama. Hal itu juga terpancar melalui akhlak Mbah Moen kepada siapapun.

"Wafatnya ulama adalah suramnya masa depan ummat. Karena itu iblis lebih gembira terhadap wafatnya satu ulama dibanding 70 ahli ibadah yang tidak berilmu. Semoga kita mendapatkan aliran barokah beliau dan diakuai sebagai santri beliau," terang Kiai Mujib.

Mbah Moen wafat saat sedang melangsungkan ibadah haji di Makkatul Mukarromah (Mekah), Selasa (06/08/2019) sekitar pukul 04.17. Jenazah Mbah Moen dishalatkan di Masjidil Haram selepas waktu shalat dzuhur dan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma'la. []

(Mif/pin)

Posting Komentar

0 Komentar